Sunday, July 23, 2017

Kapolri Sebut Beras Oplosan, Jubir PT IBU Melawan


INILAHCOM, Jakarta – Terkait tudingan telah mengoplos beras subsidi menjadi premium, PT Indo Beras Unggul (IBU), anak usaha PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS) Food Tbk, melawan. Terlalu.


Juru bicara PT IBU, Jo Tjong Seng alias Asen tegas mengatakan tidak ada pengoplosan maupun penimbunan beras bersubsidi. “PT IBU tidak gunakan beras subsidi, atau raskin untuk produksi kami. Yang kami lakukan membeli gabah dari petani. Gabah umum yang dihasilkan kelompok tani sekitar pabrik kami. Ini umum dilakukan para pengusaha,” kata Asen di hotel Atlet Century Senayan, Jakarta, Sabtu (22/7/2017).


Ditanya pernyataan Kapolri Tito Karnavian soal hasil laboratorium Mabes Polri menyatakan adanya praktik pengoplosan beras, Aseng bersikukuh membantahnya. “Kami menggunakan lab (laboratorium) independen yang terakreditasi. Itulah sebabnya mengapa kami katakan hasil analisa dari otoritas berwenang masih berjalan dengan analisa yang kami lakukan dengan hasil di laboratorium yang terakreditasi,” papar Aseng.


Ihwal tuduhan monopoli pasar, Asen menegaskan bahwa perbuatan PT IBU tidak bisa dikategorikan monopoli. Alasannya, kapasitas produksi PT IBU saat ini, apabila  dibandingkan dengan total konsumsi beras nasional hanya 0,1%.


“Kapasitas produksi IBU yang berjalan saat ini 4 ribu ton per bulan. Jika kapasitas ini dibandingkan dengan total konsumsi beras nasional saat ini (3 juta ton per bulan), silakan teman-teman menilai sendiri apakah itu dikatakan oligopoli, monopoli atau apapun itu,” kata Aseng.


Sekedar mengingatkan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian tegas menyebut dugaan pemalsuaan kandungan karbohidrat beras dilakukan PT IBU.


“Kadar karbohidrat dalam kemasan tidak sesuai dengan isinya. Kontennya ditulis premium, padahal isinya non-premium (karbohidrat),” kata Tito usaim penggrebekan gudang beras milik PT IBU di Bekasi, Jawa Barat, Kamis malam (20/7/2017).


Kata Tito, PT IBU menjual beras subsidi seharga beras premium. Jelas-jelas, perusahaan ini telah membohongi konsumen dengan mencantumkan label premium dalam kemasan. “Mereka menjual beras medium seharga beras premium. Beras subsidi dikemas seolah-olah barang premium supaya harganya tinggi sekali,” ujar Tito.


Modus operandi yang dilakukan perusahaan itu adalah mengemas beras subsidi jenis IR64 dengan label cap Ayam Jago dan Maknyuss. “Padahal beras IR64 adalah beras medium yang disubsidi pemerintah dengan harga Rp 9 ribu per kilogram. Setelah dibungkus dan dilabeli, mereka jual seharga Rp 20 ribu,” kata Tito. [ipe]
   



- Fajar Nurzaman - Blog Sang Pembelajar -

- http://fajarnurzaman.net/bisnis-produk/2392816/

0 komentar:

Post a Comment