dakwatuna.com – Perjuangan bangsa Palestina meliputi berbagai lini kehidupan, mulai dari diplomasi di jalur politik hingga perlawanan fisik yang mengorbankan jiwa dan raga. Sebagian besar mereka memilih jalur terakhir ini demi mendapatkan kemerdekaan yang sejati. Mereka ditangkap, ditawan, disiksa sebagai konsekuensi dari perjuang yang selama ini dilakukan. Sumber situs aljazeera.net melansir, sedikitnya ada 1.000.000 kali operasi penangkapan yang dilakukan Israel, terhitung sejak tahun 1967.
Sebuah lembaga milik Palestina yang konsen dalam urusan tawanan merilis, hingga tahun 2017 ini tercatat ada 7.000 orang Palestina yang ditawan di 23 penjara Israel. Angka ini tentu membuat kita tercengang, karena tawanan sebanyak itu kerap luput dari perhatian masyarakat dunia.
Warga Palestina memandang ini sebuah permasalahan besar. Keluarga mereka satu persatu ditawan, bahkan termasuk anak-anak dan perempuan. Sumber situs Palestina, alresalah.ps menyebutkan, saat ini ada 58 perempuan dan 32 anak-anak di bawah umur yang ditawan. Sedangkan untuk tawanan laki-laki sebanyak 4.430 orang. 500 orang diantaranya dijatuhi vonis hukuman seumur hidup dan 600 orang lainnya menjadi tawanan administratif.
Khusus tawanan administratif ini lebih mengenaskan lagi. Mereka adalah orang-orang yang ditangkap tanpa didasari tuduhan. Sesampainya di penjara pun, mereka urung diadili, sehingga tak memiliki kepastian atas dasar apa mereka ditawan, dan berapa lama mereka akan mendekam di dalam penjara Israel. Ini adalah salah satu bentuk arogansi penjajah terhadap warga Palestina, yang melakukan penangkapan sesuka hati tanpa didasari hukum.
Sebagai bentuk solidaritas terhadap para tawanan, sejak tahun 1974 rakyat Palestina sepakat untuk menjadikan tanggal 17 April sebagai hari tawanan. Tujuannya tidak lain adalah, untuk menyadarkan masyarakat dunia, bahwa ada ribuan rakyat Palestina yang ditawan penjajah Israel, yang hak-hak mereka juga harus diperjuangkan.
Bukan rahasia lagi, mereka yang ditawan diperlakukan tanpa mengenal perikemanusiaan. Sebagian mereka dipaksa hidup dalam ruang isolasi sempit sendirian. Mereka yang sakit dibiarkan mati perlahan. Tercatat ada 210 orang tawanan Palestina yang gugur di dalam penjara Israel. Bahkan saat ini, sebanyak 1.200 orang tawanan dibiarkan dalam kondisi sakit.
Keadaan ini yang memaksa mereka melakukan perlawanan di balik jeruji besi. Ada dua cara utama yang dilakukan para tawanan sebagai bentuk perlawanan, pertama, menekan Israel dari dalam melalui aksi mogok makan. Perlawanan ini dapat menekan Israel hingga mendapat kecaman dunia internasional, atau terpaksa memenuhi tuntutan para tawanan. Namun tidak sedikit dari mereka yang melakukan aksi ini akhirnya gugur di dalam penjara Israel.
Di hari tawanan tahun 2017 kemarin, ada beberapa tuntutan yang dikeluarkan oleh para tawanan, diantaranya menuntut pihak penjara agar memperlakukan mereka secara manusiawi, lalu meminta Israel menghapus kebijakan penangkapan administratif, menghapuskan hukuman penjara isolasi, mengizinkan para tawanan dijenguk oleh sanak keluarganya, menangani secara serius tawanan yang terluka dan sakit, serta beberapa tuntutan lainnya.
Cara kedua adalah dengan menekan Israel dari luar. Yaitu dengan membalas menawan orang atau tentara Israel. Perlawanan seperti ini terbukti efektif, sehingga berujung kepada kesepakatan pertukaran tawanan. Ini pernah terjadi di tahun tahun 1968, 1985, 1993 dan 2011. Tidak tanggung-tanggung, ada seribu lebih tawanan Palestina yang berhasil dibebaskan dengan cara seperti ini. Seperti dalam pertukaran tawanan tahun 2011 lalu, sebanyak 1.027 tawanan Palestina dibebaskan, ditukar dengan satu orang tentara Israel bernama Gilad Salith, yang berhasil ditawanan oleh faksi pejuang Palestina Hamas. Dan kabarnya, saat ini Hamas juga masih menawan beberapa orang tentara Israel, yang nanti dipersiapkan untuk ditukar dengan ribuan orang Palestina yang masih ditawan.
Sebagaimana orang Palestina yang tidak pernah melupakan nasib para tawanan, maka kita pun sebagai masyarakat dunia harus memberikan porsi perhatian yang sama. Karena mereka sama seperti kita, memiliki hak untuk merasakan kemerdekaan yang hakiki. Tidak lagi hidup di balik jeruji besi, tidak lagi hidup di bawah penjajahan. Bebas, layaknya manusia merdeka.
Redaktur: M Syarief
Beri Nilai:
- Fajar Nurzaman - Blog Sang Pembelajar -
https://i2.wp.com/fajarnurzaman.net/wp-content/uploads/2017/04/Tawanan-Palestina-yang-Terlupakan.jpg?fit=300%2C300
- http://fajarnurzaman.net/spiritualreligion/tawanan-palestina-yang-terlupakan/
0 komentar:
Post a Comment