dakwatuna.com – Setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan mempunyai rasa cinta. Karena rasa cinta adalah anugerah terbesar dan terindah yang diberikan Allah swt untuk dimiliki oleh manusia. Bersyukurlah saudaraku, karena cinta maka kita ada. Bayangkan jika kita tidak memiliki rasa cinta, hidup ini pasti akan terasa hampa. Hidup tanpa cinta bagai sayur tanpa bumbu. Terasa hambar bukan?
Kita tidak bisa memungkiri bahwa kita mempunyai rasa cinta terhadap lawan jenis, anak, maupun harta benda. Karena Allah sendiri menggambarkan tentang cintanya manusia kepada hal-hal tersebut. Sebagaimana dalam surat ali-Imran ayat 14 Allah berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمََٔابِ ١٤
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”.
Tapi ingatlah wahai saudaraku, yang harus kita pahami adalah cinta kepada Allah dan Rasulnya harus kita dahulukan dari cinta selainnya. Cinta kepada Allah dan Rasulnya harus berada di atas segala-galanya.
Allah berfirman dalam surat at-Taubah ayat 24 yang berbunyai:
قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ٢٤
“Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”.
Dari ayat diatas, jelaslah bagi kita bahwa cinta kepada harta, anak, keluarga, lawan jenis dan lain sebagainya harus didasarkan dengan keimanan, kepatuhan, dan ketaatan kepada Allah swt dan ajarannya. Baik yang terdapat dalam Al-Quran maupun melalui sunnah Nabi Muhammad saw.
Maksudnya adalah, rasa cinta yang kita miliki jangan sampai merusak keimanan dan ketaatan kita kepada Allah. Cinta yang hakiki dan sebenarnya adalah cinta kepada Allah. Bukan berarti kita dilarang untuk cinta selain-Nya. Kita juga harus cinta selain Allah seperti wanita, anak, harta dan lainnya akan tetapi cinta tersebut tidak melebihi cinta kita kepada Allah. Kebanyakan dari kita salah dalam menerapkan cinta. Lebih mengutamakan cinta kepada wanita, harta, dan tahta itu adalah cinta buta. Jangan terperdaya oleh cinta buta karena cinta buta awal kehancuran hidup.
Sebagai contoh cinta seorang laki-laki kepada perempuan. Seandainya cinta seseorang kepada lawan jenis tidak didasarkan cinta kepada Allah, maka cintanya akan sia-sia. Bahkan jadi musibah bagi yang mengalaminya. Cintanya hanya dilingkupi dengan hawa nafsu belaka sehingga kemaksiatanlah yang terjadi. Cinta yang awalnya halal, baik, dan suci berubah menjadi haram karena cintanya mengandung kebohongan. Cinta yang tidak didasarkan kepada Allah hanya memenuhi hawa nafsu belaka, penuh dengan tipu daya dan rayuan sehingga dosalah yang menyelimuti dirinya.
Berbeda dengan cinta seseorang yang didasarkan atas cintanya kepada Allah. Seandainya seseorang cinta kepada lawan jenis (laki-laki kepada perempuan) atau sebaliknya karena Allah, maka cintanya menjadi mulia. Karena cintanya diikat dengan tali pernikahan. Pernikahanlah yang Allah ridhoi bagi pasangan laki-laki dan perempuan yang saling mencintai. Cinta seseorang yang diikat dengan tali pernikahan itulah cinta yang benar, cinta yang dapat disalurkan sehingga menjadi halal. Apapun yang dilakukan menjadi tenang, damai dan nikmat karena tidak ada rasa was-was atau sebagainya yang melingkupi diri maupun hatinya. Cinta dengan pernikahan berarti memiliki, menikmati, memberi dan menerima.
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ ٢١
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (ar-Rum:21).
Saudaraku …
Jangan jadikan yang awalnya “cinta adalah anugerah” menjadi “cinta adalah musibah”. Marilah kita menjadikan cinta yang ada, cinta yang baik dan diridhai oleh Allah dan Rasulnya. Sehingga cinta yang kita miliki menjadi hakiki dan tidak menghianati. Semoga cinta kita kepada Allah dan Rasulnya di atas segala-galanya. Aamiin. (dakwatuna.com/hdn)
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya
Beri Nilai:
- Fajar Nurzaman - Blog Sang Pembelajar -
https://i1.wp.com/fajarnurzaman.net/wp-content/uploads/2017/04/Adakah-Cinta-Itu-Dan-Untuk-Siapa-Cinta-Sebenarnya.jpg?fit=300%2C300
- http://fajarnurzaman.net/spiritualreligion/adakah-cinta-itu-dan-untuk-siapa-cinta-sebenarnya/
0 komentar:
Post a Comment