الخطبة الأولى: الحمد لله الذي أسرى بعبده ليلاً من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى الذي باركنا حوله. أشهد أن لا إله إلاّ الله وحدَه لا شريك له، وأشهد أنّ محمداً عبده ورسوله لا نبي بعده، فصلوات الله وسلامُه على هذا النبي الكريم وعلى آله وذريته وأصحابه أجمعين. أمّا بعد، فيا عباد الله أوصي نفسي وإياكم بتقوى الله، إنه من يتق ويصبر فإن الله لا يضيع أجر المحسنين. يقول المولى عز وجل: ﴿ سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ﴾ (الإسراء: 1). طِبْتُمْ وطابَ ممْشَاكُمْ وتَبَوّأتمْ مِن الجنّة منزلاً .
Kaum Muslimin, jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah SWT,
Marilah kita mensyukuri nikmat Allah SWT yang sangat melimpah. Nikmat yang diberikan kepada kita baik diminta maupun tidak, disadari maupun tidak, bahkan disyukuri maupun tidak. Dalam berbagai kondisi makhluk-Nya, Allah senantiasa menganugerahkan nikmat-Nya tanpa memilah-milih. Hanya rasa syukur yang membedakan posisi seorang hamba di sisi Allah SWT. Namun, hanya sedikit yang melakukannya. Semoga kita termasuk hamba-Nya yang bersyukur. Hamba yang dibersamai Allah dalam segala kondisi. Suka duka. Sedih gembira. Dalam keadaan sendiri maupun bersama.
Salah satu karunia dan nikmat Allah yang besar yang dikaruniakan kepada Nabi Muhammad saw adalah perjalanan Isra dan Mi’raj. Seperti yang dikabarkan Allah pada awal Surat Al-Isra’.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.” (QS Al-Isra’[7]: 01)
Ayat di atas menjelaskan keterkaitan antara Masjidil Haram dan Masjid Al-Aqsha. Dua masjid penting umat Islam. Ada sebuah pertanyaan yang muncul dari keterkaitan dua masjid ini dan peristiwa Isra’ Mi’raj: Mengapa penaklukan kota Al-Quds tidak terjadi pada zaman Nabi Muhammad saw, tetapi justru terjadi pada era Umar bin al-Khatthab ra?
Berita penakulukan itu mulai terlihat sejak dipilihnya Masjid Al-Aqsha sebagai tempat transit Nabi Muhammad saw sebelum beliau mi’râj ke langit dan Sidratil Muntaha. Beliau bahkan sempat mendirikan shalat di sana, berjamaah dengan para nabi dan rasul utusan Allah, bertindak sebagai imam mereka. Bukankah Allah juga sanggup memperjalankan beliau secara langsung dari Masjid Al-Haram di Mekah ke Sidratil Muntaha? Mengapa harus melalui Masjid Al-Aqsha?
Pertama, tentu tempat ini memiliki keutamaan dan sejarah penting. Allah ingin menunnjukkan hal tersebut.
Kedua, Allah ingin memberitahu keterkaitan semua risalah di bumi-Nya dengan bumi yang diberkahi tersebut.
Ketiga, Allah hanya akan mewariskan bumi yang diberkahi tersebut kepada kaum yang beriman, dari kalangan manapun, tanpa membedakan jenis kelamin dan etnis mereka.
Terbebasnya Masjid Al-Aqsha melalui tangan-tangan pasukan muslimin pada era Umar, memberikan nuansa cerita perjuangan yang berkesinambungan. Sekaligus menggambarkan bahwa pembebasan Al-Quds tidak bergantung pada figur personal (saja), tetapi lebih kepada keshalihan kolektif.
Kaum Muslimin, jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT,
Tak ada sedikit pun yang meragukan keshalihan personal Nabi Muhammad saw, sebagaimana tak terjadi perbedaan pendapat tentang keshalihan generasi pertama para shahabat. Namun, tentu ada hikmah lain yang dikehendaki Allah, bahwa terjadinya pembebasan Al-Quds dan dikembalikannya Masjid Al-Aqsha ke tangan umat Islam justru terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad saw.
Di antara hikmah tersebut adalah kesinambungan ruh dan jiwa serta keimanan. Ini tersurat jelas dalam fakta bahwa Masjid Al-Aqsha hanya akan diwariskan kepada orang-orang yang beriman. Demikian ditegaskan oleh Allah dari sejak diutusnya para nabi hingga kaum-kaum beriman yang mengikutinya.
Lihatlah Nabi Luth yang disertai pamannya, yaitu Nabi Ibrahim, ketika Allah selamatkan mereka dari siksa pedih yang akan ditimpakan kaumnya berupa hujan batu dan dibalikkannya tanah tempat mereka berada!
وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ (الأنبياء: 71
“Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.” (QS Al-Anbiya [21]: 71)
Kata (الذي باركنا فيها) “sebuah negeri yang Kami berkahi” senada seperti dalam peristiwa Isra’ yang ada di ayat pertama surat Al-Isra’.
الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ.
Demikian juga janji Allah yang akan diberikan kepada pengikut Nabi Musa yang diselamatkan dari Fir’aun.
وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۖ وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَىٰ عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا ۖ وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ (الأعراف: 137
“Dan Kami wariskan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” (QS Al-A’raf [7]: 137)
Negeri yang dimaksud dalam ayat ini sebagaimana juga disebut di QS Al-Maidah [5]: 21, yaitu bumi Palestina (Baitil Maqdis).
Simak dan tadabburi bersama kisah Sulaiman yang diberi mukjizat angin oleh Allah.
وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ عَاصِفَةً تَجْرِي بِأَمْرِهِ إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۚ وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عَالِمِينَ (الأنبياء: 81
“Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Anbiya [21]: 81)
Negeri yang dimaksud adalah Negeri Syam termasuk di dalamnya Palestina.
Kisah kaum Saba yang berada pada era kejayaannya juga terselip cerita tentang bumi yang diberkahi, “Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan aman.” (QS Saba [34]: 18)
Negeri yang dimaksud yaitu jarak antara Negeri Saba’ dan desa-desa di Syam (Palestina).
Bahkan Nabi Musa as meminta untuk diwafatkan di tanah yang diberkahi tersebut, di tanah Baitul Maqdis.
Kaum Muslimin, jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT,
Masjid al-Aqsha adalah tempat sujud tertua kedua di dunia setelah Masjid Al-Haram. Adamlah manusia pertama yang injakkan kakinya di sana, seorang nabi muslim yang beriman kepada Allah dan mengesakan-Nya.
Kemudian, dilanjutkkan keturunan Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dan Nabi Luth. Bahkan sampai saat keturunan Nabi Ya’qub ke tanah suci ini, Masjid Al-Aqsha dijaga oleh orang-orang yang beriman. Pada saat Masjid Al-Aqsha dikuasai orang-orang zalim yang berbuat kerusakan dan menebar kemungkaran, yang disebut oleh al-Quran dengan sebutan “qauman jabbârin”, Nabi Musa as dititahkan Allah memasukinya dan mengambil alih kendali kepemimpinan dan kemakmuran di tanah suci tersebut. Sayangnya, titah tersebut dibantah oleh kaumnya. Lalu, Allah menghukum mereka. Bahkan, menurut sebagian ahi tafsir, Allah mengharamkan tanah suci itu bagi mereka untuk selama-lamanya.
Allah juga mengirimkan Daud as, pemuda berusia belasan tahun yang hanya seorang penggembala kambing yang tergabung dalam pasukan yang dipimpin Panglima Thalut. Seorang pemuda muslim yang beriman ini bahkan tak dikenal siapa pun. Ia hanya seorang prajurit biasa sebagaimana yang lainnya. Tetapi kisahnya berubah setelah Allah mengakhiri rezim Jalut melalui dirinya. Ia menjadi pewaris mulia yang kemudian dinobatkan menjadi seorang raja.
Allah juga mengirim Zakariya dan putranya Yahya serta Nabi Isa ke tanah suci ini. Namun, justru ketiganya diburu dan menjadi target pembunuhan oleh bangsa Yahudi saat itu. Zakariya dan Yahya Allah takdirkan terbunuh sebagai syahid di tangan para durjana, sementara Nabi Isa, Allah selamatkan dan angkat ke langit-Nya.
Tanah suci Baitul Maqdis merupakan tanah yang hanya diwariskan oleh Allah kepada siapa pun dari hamba-Nya yang beriman, dari mana pun asalnya, tanpa membedakan kesukuan dan etnis serta jenis kelamin.
Allah hanya ingin menegaskan jika pertanyaan di awal khutbah ini setidaknya bisa dijawab. Itulah sebab bahwa pembelaan Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha, penjagaan, pemeliharaan, jihad mempertahankan kesuciannya dan seterusnya tidaklah hanya menjadi tanggungjawab nabi-nabi, melainkan menjadi tanggung jawab semua orang beriman yang mengaku mengesakan Allah dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw sebagai utusan-Nya, di mana pun ia berada, berasal dari mana pun, dan berlatar belakang apa pun.
Maka, permasalahan Al-Aqsha dan Al-Quds tidaklah hanya menjadi masalah bangsa Palestina, melainkan juga menjadi masalah seluruh umat Islam, lintas geografi, etnis bahkan lintas generasi, sampai tanah suci tersebut kembali kepada umat Islam.
Keesaan Allah benar-benar ditegakkan di sana. Kira-kira sama seperti saat Umar memasukinya dengan kepala tegak meski tak angkuh dan sombong. Justru penuh tawadhu dan kesederhanaan. Mengundang decak kagum dan penghormatan. Sarat dengan kesantunan dan toleransi, penuh penghayatan jiwa kemanusiaan sekaligus menjadi penjaganya dari segala bentuk kezaliman, apa pun namanya, siapa pun pelakunya.
Kaum Muslimin, jamaah Shalat Jumat yang dimuliakan Allah SWT,
Saat Umar memasuki Baitil Maqdis dari Al-Jabiyah untuk menandatangani Piagam Perdamaian dengan penduduk kota, Pendeta Sophronius mempersilakan dan memohon kepada beliau melakukan shalat di Gereja Al-Qiyamah. Namun, Umar menolaknya. Beliau mengatakan, “Jika aku shalat di dalamnya, aku khawatir orang-orang setelahku akan mengatakan ini mushalla Umar, kemudian mereka akan berusaha membangun masjid di tempat ini.” Itulah toleransi sesungguhnya yang diajarkan Umar. Santun dan argumentatif.
جعلنا الله وإيّاكم من الذين يستمعون القول فيتبعون أحسنه. بارك الله لكم في القرآن الكريم ونفعنا وإياكم من الآيات والذكر الحكيم. استغفر الله العظيم لي ولكم ولسائر المؤمنين. استغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
الخطبة الثانية: الحمد لله الذي نصر عبده. أشهد أن لا إله إلاّ الله، وأشهد أنّ محمداً عبده ورسوله. قال تعالى: ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ﴾، وقال في آية أخرى: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾. اللهم صل علي سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم .
اللهمّ اغفر لجميع المسلمين والمسلمات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات.اللهم تقبل صلاتنا وقيامنا وصيامنا وركوعنا وسجودنا وتلاوتنا وصدقاتنا وأعمالنا، وتمّم تقصيرنا يا رب العالمين. اللهمّ توفنا مسلمين وألحقنا بالصالحين.اللهمّ احفظ المسجد الأقصى الأسير وحرّره من أيدي الصهاينة المتعصّبين . اللهمّ انصر إخواننا المستضعفين في فلسطين وفي سوريا وفي العراق وسائر بلاد المسلمين. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.
Redaktur: M Syarief
Beri Nilai:
- Fajar Nurzaman - Blog Sang Pembelajar -
- http://fajarnurzaman.net/spiritualreligion/khutbah-jumat-isra-miraj-masjidil-haram-dan-masjid-al-aqsha/
0 komentar:
Post a Comment