dakwatuna.com – Bisa jadi tidak terlintas di benak masyarakat umumnya, tentang apa lagi upaya perlawanan riil yang bisa dilakukan langsung oleh seseorang yang sedang mendekam dalam penjara. Barangkali itu karena jeruji besi dipahami sebagai simbol penghalang, termasuk terhadap upaya memperjuangkan hak dan kebenaran. Maka muncul persepsi: ketidakberdayaan sudah terlanjur melanda para tawanan di penjara.
Namun, persepsi di atas ternyata tidak berlaku umum, terutama terhadap para tawanan Palestina. Di tengah kesulitan yang melanda, mereka tidak kehabisan cara untuk melakukan perlawanan, meski beragam serangan fisik dan psikis tentara Israel yang saat ini menyebabkan 210 tawanan gugur serta 1200 orang dalam kondisi sakit. Bahkan, di tengah lumpuhnya sejumlah organisasi internasional untuk menghentikan kekejaman Israel, para tawanan tetap tegar melawan kezaliman kolektif itu. Mereka menghadapi semua itu, dengan melakukan aksi massif mogok makan.
Aksi mogok makan yang cukup efektif menggelorakan solidaritas dan perlawanan rakyat, saat ini hampir genap berlangsung dua pekan, dimulai sejak tanggal 17 April yang bertepatan dengan hari tawanan Palestina.
Spirit perlawanan dari aksi mogok makan menggelorakan solidaritas warga Palestina. Warga Palestina melakukan beragam aksi. Aksi hari marah digelar di hampir seluruh wilayah Tepi Barat, Gaza, Al-Quds dan wilayah lainnya, diikuti oleh ribuan warga.
Beragam aksi perlawanan dilakukan sebagai bentuk respon dan solidaritas. Genap sepekan dari dimulainya aksi mogok makan, terjadi aksi penabrakan terhadap seorang tentara Israel di daerah Beit Gala. Selanjutnya, diikuti aksi serangan langsung terhadap Yahudi di Tepi Barat dan Al-Quds, yang menyebabkan 17 orang yahudi luka-luka, 9 orang dari mereka merupakan tentara Israel dan 8 orang warga sipil.
Perkemahan Solidaritas di Gaza didatangi ribuan warga secara berduyun-duyun. Secara massif, sejumlah komite, yayasan dan lembaga sipil hadir untuk menggalang dukungan terhadap para tawanan.
Aksi solidaritas terus digalang meski terkadang berhadapan dengan sikap kontraproduktif PLO. Sebagai sampel, faktanya tentara penyerang milik PLO melakukan penyerangan massa aksi solidaritas di Hebron, wilayah Selatan Jalur Barat.
Dari luar Negeri Palestina, Persatuan Nasional dan Asosiasi Pengungsi menggelar aksi solidaritas terhadap tawanan Palestina, yang diadakan di alun-alun pusat kota Uppsala, Swedia. Sekretaris Biro Ekskutif Asosiasi Pengungsi Palestina di Eropa, Sa’ad, menyatakan akan terus menindaklanjuti respon solidaritas atas aksi mogok makan tersebut.
Berbagai aksi di atas hanya sebagian dari sederet bentuk solidaritas di dalam dan luar Negeri Palestina. Maka, aksi mogok makan para tawanan Palestina sangat efektif. Sejarah telah membuktikan efektifitas aksi tersebut yang telah berlangsung sekitar lima puluh tahun, utamanya pada tahun 1970, 1992, 2004 dan 2012, dalam menumbuhkan solidaritas nasional dan internasional juga mendatangkan kemenangan besar bagi Palestina.
Bagaimana dengan aksi mogok makan di tahun 2017? Waktu yang akan menjawabnya. Namun, hal itu bisa diterka dari pernyataan ketua biro politik Hamas, Khalid Misy’al: “tak lama lagi, kami akan paksa Israel membebaskan para tawanan Palestina”. Jika di tahun-tahun sebelumnya Palestina mampu meraih kemenangan dari aksi mogok makan, maka konstelasi politik dan kekuatan rakyat Palestina yang jauh lebih besar saat ini, mampu mendatangkan kemenangan lebih besar dari sebelumnya. Begitu yang disampaikan oleh seorang kolumnis Palestina, Munir Syafiq.
Redaktur: Muh. Syarief
Beri Nilai:
- Fajar Nurzaman - Blog Sang Pembelajar -
https://i2.wp.com/fajarnurzaman.net/wp-content/uploads/2017/05/Mogok-Makan-di-Palestina-Perlawanan-dari-Balik-Jeruji-Besi.jpg?fit=300%2C300
- http://fajarnurzaman.net/spiritualreligion/mogok-makan-di-palestina-perlawanan-dari-balik-jeruji-besi/
0 komentar:
Post a Comment