Senin, 03 April 2017 | 11:59 WIB
Badai Raksasa Mengamuk di Kutub Utara Saturnus yang diraih dari kamera wahana Cassini milik Badan Antariksa Amerika Serikat. nasa.gov
TEMPO.CO, Jakarta – Berkat Cassini, para ilmuwan menemukan tujuh bulan di antara cincin-cincin raksasa yang melingkari planet Saturnus. Mengorbit Saturnus selama 13 tahun terakhir, wahana nirawak itu membantu manusia mempelajari planet keenam dalam tata surya tersebut.
Namun Cassini kini mulai kehabisan bahan bakar dan para ilmuwan telah mengatur rute perjalanan terakhir Cassini sebelum wahana dijatuhkan ke Saturnus.
Cassini adalah salah satu proyek ekspedisi paling ambisius Badan Antariksa Amerika Serikat, Badan Antariksa Eropa, dan Badan Antariksa Italia. Diluncurkan pada 1997, Cassini menghabiskan waktu tujuh tahun untuk mencapai wilayah orbitnya di Saturnus. Cassini akan memulai misi masuk ke atmosfer hidrogen-helium planet dengan 62 bulan itu pada akhir April nanti.
Cassini menjadi wahana perdana yang mengeksplorasi ruang selebar 2.400 kilometer di antara Ring D, yang merupakan cincin terdalam Saturnus dan atmosfer planet itu. Misi “bunuh diri” Cassini akan berlangsung selama 22 pekan melalui sejumlah manuver orbit untuk mendekati atmosfer Saturnus. “Perjalanan terakhir Cassini ini justru menjadi misi baru,” kata Linda Spilker, ilmuwan dalam proyek Cassini.
Cassini sudah hampir dua dekade bertualang di antariksa dan menempuh jarak lebih dari 3,5 miliar kilometer. Pada 2005, Cassini melepaskan wahana Huygens untuk mendarat di Titan, bulan terbesar milik Saturnus. Wahana itu kini berjarak sekitar 1 juta kilometer dari planet gas tersebut.
Para peneliti memutuskan untuk mengakhiri misi wahana yang sudah menempuh perjalanan lebih dari 3,5 miliar kilometer itu karena masalah bahan bakar. Jika tetap dipaksakan beroperasi, Cassini akan sulit dikendalikan dan bisa menabrak salah satu bulan. Kondisi ini bisa memicu kontaminasi untuk riset-riset selanjutnya.
Meluncurkan Cassini ke atmosfer Saturnus dinilai sebagai opsi terbaik untuk menghancurkannya.
Instrumen pengukur di Cassini akan mempelajari sampel partikel es di cincin-cincin Saturnus. Para ilmuwan juga akan memakai robot itu untuk memetakan kondisi medan magnet dan gravitasi Saturnus. Dua hal ini akan menjadi petunjuk untuk mengetahui seberapa cepat Saturnus berotasi pada porosnya.
“Juga akan diselidiki mengapa kecil sekali atau bahkan tak ada penyimpangan antara sumbu medan magnet dan rotasi. Ada apa sebenarnya di sana?” kata Spilker, seperti ditulis The Inquistr.
Misi terakhir Cassini ini menjadi pertaruhan besar karena akan melewati wilayah asing. Manajer Proyek Cassini di NASA, Earl Maize, menyatakan tak ada petunjuk serpihan batu atau es di jalur wahana tersebut. Namun, dengan kecepatan hampir 10 ribu kilometer per jam, Cassini bisa rusak parah jika mengalami tabrakan meski hanya dengan debu kecil. “Peluang bertabrakan dengan debu itu cukup tinggi, tapi kami sudah siap dengan kemungkinan seperti itu,” kata Maize.
Perjalanan melintasi Ring D memiliki risiko tinggi karena para peneliti tak memiliki gambaran pasti tentang kawasan itu. Selama ini mereka hanya memiliki model cincin-cincin Saturnus. “Rasanya perjalanan akan aman, tapi tetap saja risikonya besar,” kata Maize. Cassini diperkirakan mencapai orbit rendah Saturnus pada 15 September. Inilah periode terakhir Cassini untuk mengirimkan data atmosfer sebelum terbakar seperti meteor dan menjadi debu.
NASA | SPACE | INQUSITR | GIZM | GABRIEL YOGA
- Fajar Nurzaman - Blog Sang Pembelajar -
https://i0.wp.com/fajarnurzaman.net/wp-content/uploads/2017/04/Mengorbit-Saturnus-Selama-13-Tahun-Cassini-Segera-039Bunuh-Diri039.jpg?w=750
- http://fajarnurzaman.net/science-technology/mengorbit-saturnus-selama-13-tahun-cassini-segera-bunuh-diri/
0 komentar:
Post a Comment