dakwatuna.com – Doha. Poin penting yang menjadi sorotan media-media di Inggris dan Amerika Serikat (AS) terkait Dokumen Prinsip dan Kebijakan Publik Hamas yang diumumkan Senin (01/05), adalah pada sikap Hamas yang menyetujui pendirian negara Palestina berdasarkan perbatasan 1967. Selain itu, sebagian besar media barat juga melihat bahwa Hamas melunak terkait visi menghancurkan total Israel, serta telah berpaling dari Jamaah Ikhwanul Muslimin (IM).
Media-media ini juga melaporkan, perubahan-perubahan yang ditempuh Hamas melalui dokumennya, bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, atau bahkan negara-negara barat yang selama ini menyebut Hamas sebagai organsasi teroris. Deklarasi dokumen juga bertepatan dengan kunjungan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas ke Washington.
Surat kabar TIME melaporkan, Hamas telah menutup bahasa permusuhan terhadap Semitisme, yang selama ini kental dalam piagam pendirian Hamas tahun 1988. Yang mana, dalam piagam tersebut diungkapkan sebagai perang melawan Yahudi.
Lebih lanjut, TIME menambahkan dalam laporannya, saat ini para pejabat baik dari Israel maupun Otoritas Palestina, khawatir dokumen baru akan menghasilkan perubahan yang signifikan bagi internal Hamas. “Ada semacam pembagian antara sayap militer dan biro politik yang relatif moderat,” ungkap TIME.
Majalah The Guardian melaporkan bahwa dokumen baru Hamas bertujuan untuk membasuh keretakan internal Palestina, dan untuk mempermudah proses perdamaian.
Hal tersebut dikaitkan dengan pernyataan Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri Parlemen Inggris, Ed Royce yang mengatakan, jika Hamas tidak mengakui hak eksistensi Israel, maka mereka tidak akan dapat menghilangkan julukan sebagai organisasi teroris dalam tubuh mereka. Begitu pula dengan berbagai tindakan seperti peluncuran roket kepada warga sipil Israel, perang media dengan Iran, dan terus melakukan perbuatan yang mengancam AS dan Israel, tambahnya.
Konsesi Terbesar
Lebih lanjut Guardian mengatakan, sikap Hamas yang menerima negara Palestina sebagai konsesi terbesar yang terjadi. “Hal ini karena berarti Hamas mengakui eksistensi negara lain di luar batas yang tertera di dalam dokumen, meskipun tidak secara terang disebutkan Israel,” sebut Guardian dalam laporannya.
Guardian melanjutkan, tidak terteranya pengumuman Hamas, di dalam dokumen baru, bahwa mereka adalah bagian dari IM, akan memperbaiki hubungannya dengan Mesir. Sedangkan The Independent memuat laporan yang sepertinya dilansir dari TIME dan Guardian.
Sementara itu, Wall Street Journal (WSJ) memuat laporan yang berjudul “Hamas Menyerah dalam Menyerukan Kehancuran Israel”. Dalam laporan tersebut, WSJ menjelaskan, penyerahan Hamas ini adalah upaya terang-terangan untuk mengubah citra mereka. Yaitu di saat Presiden AS, Donald Trump terlihat berupaya menghadirkan kembali perdamaian di Timur Tengah.
“Tampaknya, waktu deklarasi dokumen baru itu disebabkan oleh pergerakan pesaingnya, Fatah,” menurut laporan WSJ. Hal ini dapat dikaitkan dengan pernyataan mantan analis keuangan terorisme di Departemen Keuangan, Jonathan Hanzer yang mengatakan, “Hamas berupaya untuk memperoleh andil di Timur Tengah. Tapi aku yakin, Pemerintahan Trump tidak akan mengubah sikap terhadap Hamas. Dokumen Hamas identik dengan memelankan suara, bukan tindakan.”
Senada juga dengan pernyataan mantan direktur jenderal di Kementerian Strategis Israel, Kobi Michael yang mengatakan, Kepala Biro Politik Hamas Khaled Misy’al ingin menunjukkan sikap moderat Hamas kepada dunia, dengan tujuan akhirnya untuk menggantikan Fatah sebagai faksi terbesar dalam Gerakan Pembebasan Palestina (PLO). (whc/aljazeera/dakwatuna)
Redaktur: William Ciputra
Beri Nilai:
- Fajar Nurzaman - Blog Sang Pembelajar -
https://i1.wp.com/fajarnurzaman.net/wp-content/uploads/2017/05/Begini-Respon-Media-Barat-Terkait-Dokumen-Hamas.jpg?fit=300%2C300
- http://fajarnurzaman.net/spiritualreligion/begini-respon-media-barat-terkait-dokumen-hamas/
0 komentar:
Post a Comment