Beberapa fosil humanoid ditemukan di negara Georgia, Eropa Timur, yang merupakan sebuah negara bekas pecahan Uni Soviet pada masa lalu. Penemuan arkeologi yang berawal sejak lebih dari 30 tahun lalu ini disembunyikan.
Fosil tengkorak yang ditemukan tak hanya satu, namun ada lima buah! Fosil tengkorak manusia yang masih dalam keluarga “Homo erectus” ini disebut sebagai Homo erectus dmanisi. Akibatnya negara di selatan Rusia itu menjadi diperbincangkan oleh banyak ilmuwan.
Penemuan ini sengaja tak diangkat ke permukaan, karena membuat beberapa ilmuwan selama ini salah presepsi dan merobuhkan teorinya. Teori yang dipatahkan dan roboh itu menyatakan bahwa nenek moyang manusia berasal dari Afrika sejak satu juta tahun lalu, gugur demi sains.
Negara yang beribu kota di Tbilisi ini juga dikenal menjadi salah satu wilayah yang memproduksi wine (minuman dari anggur) tertua di dunia, yakni sejak 8.000 tahun silam.
Fosil ditemukan dibawah gedung
Pada 1983, sejumlah arkeolog menemukan fosil hewan di bawah lantai sebuah rumah yang berlokasi di distrik Dmanisi, 7 km barat daya dari kota kecil Kazreti, atau 85 km di barat daya ibukota Tbilisi, Georgia. Setelah diteliti, fosil tersebut ternyata merupakan milik badak zaman pleistosen awal. Setahun kemudian, sebuah alat dari batu buatan manusia ditemukan.
Tujuh tahun setelah dilakukan ekskavasi awal, yakni pada tahun 1991, tim internasional menemukan rahang bawah yang merupakan milik hominin, spesies manusia yang sudah punah, yang berusia 1,8 juta tahun. Sesuai tempat temuannya di distrik Dmanisi, maka spesies homonin ini dinamai menurut nama distrik itu, Homo dmanisi atau Homo erectus dmanisi atau Homonin dmanisi.
Selama ini, para ilmuwan meyakini bawa “homo”, istilah Latin yang berarti manusia, belum meninggalkan Afrika hingga 1 juta tahun lalu. Namun, rahang bawah hominin tersebut berusia 1,7 juta tahun, jauh lebih tua.
Penemuan fosil yang diberi kode “D211” itu, memicu perdebatan diantara arkeolog soal manusia pertama yang keluar dari Afrika. Maka, dari bukti dari penemuan fosil Homo di Dmanisi ini, telah dapat dijadikan alasan untuk membantah teori tersebut.
Delapan tahun setelah penemuan D211 pada tahun 1999, arkeolog menemukan dua tulang tengkorak lainnya yang diberi kode “D2280” dan “D2282”. Penemuan itu membuktikan lagi, bahwa Hominin Dmanisi merupakan manusia tertua yang berada di luar Afrika.
Satu tahun kemudian, arkeolog menemukan rahang bawah yang diberi kode “D2600”.
Penemuan itu meningkatkan kemungkinan adanya dua spesies berbeda di Dmanisi dalam waktu bersamaan.
Pada 2001, ditemukan tulang tengkorak ketiga yang diberi kode “D2700”. Tengkorak tersebut berada dalam kondisi baik dan nyaris lengkap.
Satu tahun kemudian, yakni pada 2002 hingga 2003, ditemukan lagi fosil tengkorak dan rahang bawah, yang diberi kode “D3444” dan “D3900”. Menurut penelitian, individu tersebut dulunya sempat hidup beberapa tahun tanpa gigi, sebelum akhirnya meninggal.
Pada tahun 2005, ditemukan lagi oleh para arkeolog sebuah fosil tengkorak kelima sekaligus yang terakhir. Penemuan dengan kode “D4500” ini merupakan tulang tengkorak paling lengkap dari Homo dari zaman Pleistosen tersebut.
Jadi ada 5 fosil bagian tengkorak yang ditemukan, yaitu: D2280 (skull 1), D2282/D211 (skull 2), D2700/D2735 (skull 3), D3444/D3900 (skull 4), dan D4500/D2600 (skull 5).
Manusia kuno sudah ada di luar Afrika sebelum 1 juta tahun lalu
Bertambah banyaknya bukti sejumlah fosil manusia purba di Dmanisi, membuka tabir baru dalam dunia arkeologi. Hal tersebut diungkapkan oleh arkeologi dari University of the Philippines, Prof. Mylene Lising.
“Sebelum Dmanisi ditemukan, para peneliti menanggapi, bahwa manusia baru meninggalkan Afrika sejak satu juta tahun lalu. Ketika mereka meninggalkan Afrika, mereka memiliki otak dan badan yang lebih besar,” ujar Mylene dalam kuliah singkat bertajuk “The First Humans Out of Africa. The Early Humans of Dmanisi, Georgia” yang pernah juga diadakan di Kedutaan Besar Georgia, Jakarta, pada Jumat, 16 Juni 2017 silam.
“Mereka juga dianggap meninggalkan Afrika dengan alat-alat yang canggih, sehingga mereka dapat bertahan hidup. Namun penemuan Dmanisi membantah itu semua,” kata Mylene yang juga terlibat proyek ekskavasi di Dmanisi.
Menurut Prof. Mylene Lising, fosil Homo yang ditemukan di Dmanisi memiliki tubuh dan otak yang kecil, dan usianya telah mencapai 1,77 juta tahun. Dari hasil penelitian, mereka juga memiliki alat batu yang primitif, berbeda dengan apa yang sebelumnya diperkirakan oleh para peneliti.
“Mereka meninggalkan Afrika mungkin karena perubahan iklim atau mencari bahan makanan,” ujar Mylene.
Karakteristik fisik kuno khas hominin Afrika awal juga banyak ditunjukkan oleh Hominin Dmanisi ini.
Namun pada sisi lain, mereka juga memiliki beberapa kesamaan tertentu dengan Homo erectus.
Meski situs di kota Dmanisi termasuk situs ekskavasi yang terbilang kecil, tapi penemuan tersebut memperkaya catatan dan pengetahuan arkeologi yang melimpah tentang masa Abad Pertengahan di Georgia dan juga manusia purba pada umumnya.
Dari penemuan beberapa fosil di kota kecil Dminisi di Georgia ini, diharapkan juga dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk bisa berkunjung ke negara itu. (sumber: dmanisi.ge/liputan6)
Pustaka:
Artikel Arkeologi Lainnya:
=>Puluhan Artikel Terkait Arkeologi Dunia<=
=>Puluhan Artikel Terkait Arkeologi Indonesia<=
((( IndoCropCircles.com | fb.com/IndoCropCirclesOfficial )))
- Fajar Nurzaman - Blog Sang Pembelajar -
https://i1.wp.com/fajarnurzaman.net/wp-content/uploads/2017/09/1505336421_misteri-fosil-dmanisi-bukti-manusia-bukan-dari-afrika.jpg?fit=763%2C427&ssl=1
- https://fajarnurzaman.net/mistery-konspirasi/misteri-fosil-dmanisi-bukti-manusia-bukan-dari-afrika/
0 komentar:
Post a Comment