Catatan Pengembangan Diri, Ide, Informasi, Hobi, Ilmu, wisdom, Filosofi, idealism , Perjalanan Spiritual, dan Pemikiran .To Reach Highest Human Potentiality.
Jauh sebelum spesies manusia katai ‘Hobbit‘ hidup di Flores, mahluk mirip manusia lain sudah ada, tulis sejumlah peneliti Australia pada majalah Nature.
Para ilmuwan sekarang mengetahui bahwa peralatan yang telah ditemukan oleh mereka berumur paling tidak satu juta tahun, atau 120 ribu tahun lebih tua dari perkiraan sebelumnya. Kelompok ini mengatakan temuan ini membawa dimensi baru dalam pemahaman mengenai sejarah Flores.
Peralatan batu yang ditemukan di Flores
Penulis utama untuk laporan tersebut, Adam Brumm mengatakan kepada BBC dari tempat ditemukannya artefak tersebut, dari kondisi dan keadaan peralatan dapat disimpulkan bahwa manusia sudah tinggal di pulau tersebut lebih lama dari perkiraan sebelumnya.
“Yang menarik adalah, bahwa kita tidak mengetahui secara pasti sudah berapa lama hominid ini berada di Flores,” kata peneliti dari Universitas Wollongong Australia itu.
Tengkorak hobbit atau Homo floresiensis ditemukan lima tahun lalu di gua Liang Bua. Makhluk ini sempat menjadi berita besar karena mengisyaratkan spesies manusia yang berbeda, ternyata hidup bersama-sama dengan kita hanya 18 ribu tahun yang lalu.(baca: Hobbit Adalah Keturunan Manusia Dari Dimensi Keluarga Yang Berbeda?).
Sejak saat itulah terjadi peningkatan penelitian paleontologi di Flores. Gua H. floresiensis yang terkenal tersebut, berada di bagian barat pulau Flores sementara temuan baru ini berasal dari Soa, Flores Barat Tengah. Di tempat penggalian Mata Menge sudah ditemukan peralatan beumur 880 ribu tahun.
Archaeological excavations at the 880,000-year-old site of Mata Menge, Flores, Indonesia. (media.uow.edu.au).
Sekarang, hanya 500 meter dari situs Mata Menge itu, pada lapisan sedimen yang lebih dalam, ternyata tim internasional menemukan dan mengidentifikasi adanya artefak yang jauh lebih tua.
Lebih dari 40 peralatan batu ditemukan di situs Wolo Sege. Di antaranya adalah perkakas tangan yang mungkin digunakan untuk memotong daging. Muncul sejumlah bukti bahwa alat tersebut telah terbawa oleh arus sungai.
Abu Gunung Berapi
Stone ‘perforators’ (left) and sharp-edge ‘radial core’ (right). The examples in the top row are from Mata Menge and the bottom row are from Liang Bua. Scale 50 mm. (copyright Mark Moore 2004)
Tempat pemakaman tersebut telah tertutup abu gunung berapi sekitar satu juta tahun lalu.
Sejauh ini para ilmuwan belum bisa mengetahui siapa pengguna peralatan itu karena jumlah peralatan yang ditemukan belum cukup untuk dapat mengetahui kebudayaan para pemakainya.
Tetapi menurut para peneliti, temuan ini saja sudah dapat memunculkan sejumlah hal yang menarik.
Temuan di Mata Menge dikaitkan dengan kepunahan sejumlah spesies binatang seperti gajah kerdil dan kura-kura raksasa.
Kesimpulannya adalah, manusia pemburu di pulau tersebutlah yang menyebabkan kepunahan.
Tetapi temuan di Wolo Senge memunculkan sisi baru karena peralatan tersebut memperlihatkan manusia sudah hidup berdampingan dengan binatang selama paling tidak 120 ribu tahun lalu.
Situs penggalian Wolo Sege di Flores barat. (bbc.co.uk).
Brumm dan koleganya mengatakan kepada Nature bahwa kemungkinan sulit menemukan artefak di Soa yang lebih tua dari temuan Wolo Sege karena peralatan tersebut ditemukan di atas batu.
“Apapun yang ada di dalam batu atau di dalam lapisan batu, jika ditemukan peralatan batu, kemungkinan sudah berumur paling tidak 1,86 juta tahun,” kata Dr Brumm.
“Jadi penelitian selanjutnya di tahun ini harus dipusatkan pada penelitian yang lebih rinci di daerah tersebut dan penelitian lanjutan tentang lapisan batu.”
Perkiraan bahwa Flores sudah lama dihuni akan semakin meningkatkan perdebatan tentang asal H. floresiensis.
Banyak ilmuwan memandang mahluk tersebut berevolusi dari spesies berbadan lebih besar Homo erectus, tetapi kemudian terpisah dan mengecil ukuran badannya.
Stone types preferred by H. floresiensis (left) and H. sapiens (right) at Liang Bua
Kelompok lain memusatkan perhatian pada tubuh hobbit, seperti panjang kaki dan bentuk bahu, yang sangat primitif, berbeda dengan H. Erectus kerdil.
Para peneliti memandang H. floresiensis kemungkinan berevolusi dari mahluk lebih tua yang meninggalkan Afrika ke Asia sebelum erectus.
Dr Gert van den Bergh (top left) and Dr Adam Brumm (foreground) from UOW with Iwan Kurniawan from the Geology Museum, Bandung, beside the fossilized tusk of Stegodon, so far the longest (2.3m, excluding the missing tip) known specimen from Flores. (uow.edu.au).
Early and Middle Pleistocene sites in the Soa Basin of Flores. (Nature)
Stratigraphic profiles and excavations at Mata Menge. (Nature)
Similar stone tools from Liang Bua, Mata Menge, and Olduvai Gorge, Africa (after Leakey 1971), arranged chronologically. (copyright Mark Moore 2009)
Examples of stone tools from Liang Bua Cave, Flores. Scale bars 10 mm (copyright Mark Moore 2009)
Comparison of stone tools made by H. floresiensis and modern H. sapiens at Liang Bua. The uncircled specimens were made by H. floresiensis. (copyright Mark Moore 2009).
Chronological summary of hominin species and their stone tools on Flores. (copyright Mark Moore 2009)
Stone artefacts from Mata Menge. (Nature).
Perforators from Mata Menge and Liang Bua. (Nature)
Artefact types and frequencies from Mata Menge and Liang Bua. (Nature).
0 komentar:
Post a Comment