INILAHCOM, Kediri – Jembatan Mrican di Kabupaten Kediri yang terputus total akibat hantaman arus Sungai Brantas dapat dipastikan bakal dibiarkan. Menyusul, kebijakan Pabrik Gula (PG) Mrican, sebagai pemilik akan menghapusnya dari daftar aset perusahaan.
Humas PG Mrican Amin mengaku, pihak pabrik telah mengirimkan surat permohonan penghapusan aset berupa Jembatan Mrican ke PT. Perusahaan Negara X. Surat penghapusan aset ini diluncurkan pabrik, karena perusahaan sudah lama menutupnya. Selain itu, penyerahan Jembatan Mrican ke Pemerintah Kabupaten Kediri sebelumnya gagal.
“Kami sudah lama menutup Jembatan Mrican karena kondisinya memang sudah tidak layak. Tiga tiang penyangganya lepas, dan badan jembatan ambles. Tetapi karena masyarakat memaksa jembatan dibuka untuk akses jalan umum, akhirnya kami menyerahkan ke Pemerintah Kabupaten Kediri. Namun penyerahan ini tidak berhasil. Akhirnya, Rabu malam kemarin jembatan putus,” ujar Amin.
Penyerahan Jembatan Mrican ke Pemkab Kediri terjadi pada saat kepemimpinan Idrus Ahmad, pelaksana tugas Bupati Kediri yang ditunjuk Pemprov Jatim. Hingga Haryanti Sutrisno terpilih kembali sebagai orang nomor satu di Kabupaten Kediri, proses penyerahan secara administrasi gagal.
Pihak PG Mrican menyadari keinginan masyarakat agar jembatan dibangun kembali karena akses jalan yang sangat vital. Tetapi, dalam kondisi PG Mrican yang diambang masa penutupan, tidak memungkinkan untuk membangun. Oleh sebab itu, hal yang bisa dilakukan PG Mrican adalah menghapus Jembatan Mrican dari daftar asetnya.
“Hari ini kami memasang plat besi untuk menutup Jembatan Mrican. Tujuannya agar tidak ada yang melewatinya. Kami juga menurunkan lampu yang terpasang di sepanjang jembatan, karena memang menjadi aset PG. Mrican,” tegasnya.
Amin bercerita, Jembatan Mrican dibangun pada zaman Kolonial Belanda, tahun 1898 silam. Jembatan ini masih menggunakan konstruksi besi sebagai penyangga dan kerangka. Selain Jembatan Mrican, ada satu lagi jembatan peninggalan Belanda di Kediri yaitu, Jembatan Lama di Kota Kediri.
Pada awal berdiri, jembatan yang melintang diatas Sungai Brantas dari Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo ke Desa Jabon, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri ini diperuntukkan untuk akses jalan lori, atau kereta pengangkut tebu ke pabrik gula.
Seiring berjalannya waktu, Jembatan Mrican juga berfungsi sebagai akses jalan pekerja pabrik dan masyarakat umum. Jembatan ini sangat vital, karena menjadi jalur alternatif penghubung Kota dan Kabupaten Kediri dengan Kabupaten Nganjuk.
Apabila melihat prasasti yang terpasang di tembok jembatan, jalur penyeberangan ini sudah selayaknya masuk dalam benda cagar budaya. Sebab usianya sudah lebih dari 100 tahun lamanya. Artinya semua pihak, memiliki kewajiban untuk menjaganya.
Disamping itu, sepanjang jalan menuju jembatan dari sisi sebelah selatan yaitu Desa Jongbiru selama ini menjadi pusat kuliner makanan pecel dan tumpang. Ada 40 pedagang makanan dan juga toko toko yang menggantungkan hidup dengan berjualan di sepanjang jalan ini. Kini mereka terpaksa harus tutup karena sepi pembeli.
Seperti misalnya, Yati, perempuan tua berusia 67 tahun ini. Sejak Jembatan Mrican terputus, tokonya sepi dari pembeli. Kondisi serupa memang pernah terjadi, dua tahun lalu, saat jembatan ditutup karena tiga tiang penyangga nya amblas. Waktu itu, dia bersama masyarakat berunjuk rasa agar jembatan dibuka kembali.
Sepertinya nasib Yati masih lebih baik. Sebab ada banyak tetangganya yang jauh lebih susah setelah Jembatan Mrican putus. Sebab banyak diantara pedagang yang berwiraswasta dengan menyewa tempat hingga puluhan juta setahunnya. “Kebanyakan warga sini nyewa tempat. Seperti depan rumah ini, nyewa Rp 25 juta setahun,” keluhnya.
Diakui Kepala Desa Jongbiru Nuraikan, apabila ekonomi masyarakatnya di sekitar Jembatan Mrican kini lumpuh total. Atas nama warga, Nuraikan minta seluruh pihak baik pabrik maupun pemerintah dapat membangun kembali Jembatan Mrican.
“Disinilah pusat perekonomian masyarakat Jongbiru. Disini ada 30 sampai 40 pedagang makanan nasi pecel sehingga menjadi pusat kuliner makanan. Pembali umumnya dari para pelintas jembatan. Tentu saja sekarang kawasan ini sangat sepi, tidak ada yang melintas. Ekonomi masyarakat jatuh,” katanya.[beritajatim]
- Fajar Nurzaman - Blog Sang Pembelajar -
- http://fajarnurzaman.net/science-technology/jembatan-peninggalan-belanda-ini-tak-diperbaiki/
0 komentar:
Post a Comment