dakwatuna.com– Konon, Pak Isac Newton duduk santai di belakang rumah dekat kebun apel. Buah-buah apel yang sudah ranum berjatuhan dari tangkainya. Pikiran kritis Pak Newton bertanya, “Apa hal sehingga buah itu jatuh ke bawah dan tak ke mana-mana?” Di bangku sekolah, guru IPA menerangkan bahwa penyebab buah apel jatuh ke bawah dan tak ke mana-mana adalah daya tarik bumi. Itulah yg dimaksud dengan gaya gravitasi. Guru IPA bertanaya, “Siapa penemu gaya gravitasi?” “Isac Newton” jawab murid-murid serentak.
Ikrimah r.a. namanya. Ayahnya bernama Abu Jahal, musuh Rasulullah saw yang sangat populer. Anggaplah Ikrimah sebagai buah, maka pohonnya adalah Abu Jahal. Lazimnya, buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya. Namun, Ikrimah adalah buah yang terlempar jauh dari pohonnya. Ayahnya adalah musuh kebenaran, sedangkan Ikrimah pejuang kebenaran. Bahkan, dia juga meriwayatkan beberapa hadis dari Rasulullah saw. Ikrimah bagai buah apel yg jatuh tetapi gaya gravitasi Newton tak mampu menariknya. Tinimbang membumi, ia bahkan melangit diterbangkan oleh iman yg memutus gravitasi kebumian yang fana dan kotor.
Sehebat-hebat Nabi, belum tentu melahirkan putera yang juga jadi Nabi. Sehebat-hebat Ustadz, belum tentu mewariskan keustadzannya kepada anak-anaknya. Sepintar-pintar guru, belum tentu berhasil mencetak putera-puterinya jadi guru hebat. Mengapa? Ya itu tadi, tidak semua buah jatuh dekat pohonnya. Bisa saja buah terlempar jauh atau terbawa jauh oleh binatang pemakan buah.
Ayah-Ibu memang sangat berpengaruh terhadap masa depan anak, tetapi anak adalah individu yang kehadirannya di bumi membawa takdirnya sendiri. Ketika seorang anak belum baligh, ayah-ibunya merupakan model yg paling dekat dan paling sering dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, begitu si anak telah baligh, maka ia menjadi individu mandiri yang bebas memilih dan karenanya, ia bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan sendiri segala perbuatannya. Di sini anak akan menemukan banyak pilihan dalam hidupnya dan banyak model yang tersedia baginya, sedangkan ia merdeka untuk memilih sesuai kadar ilmunya.
Sebaik-baiknya Ayah-Ibu, pasti ada buruknya dan seburuk-buruk ayah-ibu, pasti ada sisi baiknya. Anak yang sudah baligh memiliki hak penuh untuk meneladani hal baik dan membuang semua sisi buruk yang ada pada ayah-ibunya. Inilah rumitnya jadi anak. Sebaliknya, ayah-ibu harus berjuang meminimalisasi keburukan sisi kemanusiaannya. Yang lebih berat adalah menjadi ayah, karena ayah adalah pemimpin dan pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Susahnya jadi ayah.
Nah, pohon apel yang baik, buahnya tak perlu pergi jauh meninggalkan pohonnya dan biarlah mendekat bersama gaya gravitasi. Sebaliknya, jika pohonnya jelek dan menghasilkan buah yang kecut, maka lawanlah gaya gravitasi dan menumpanglah pada sayap-sayap iman, lalu terbanglah dan kalau jatuh biarlah menjadi buah yang jauh dari pohonnya. Demikian.
Kendari, pasca rintik 230317
Oleh DR Amiruddin Rahim, M.Hum
Redaktur: Samuri Smart
Beri Nilai:
- Fajar Nurzaman - Blog Sang Pembelajar -
https://i0.wp.com/fajarnurzaman.net/wp-content/uploads/2017/03/Mengenang-Wafatnya-Erbakan-Erdogan-dan-Yilidirim-Sampaikan-Ucapan-Belasungkawa.gif?resize=16%2C16
- http://fajarnurzaman.net/spiritualreligion/buah-jatuh-kadang-jauh-dari-pohonnya/
0 komentar:
Post a Comment