Stasiun luar angkasa pertama milik Tiongkok, Tiangong-1, diprediksi akan menghantam Bumi, dan berpeluang jatuh di wilayah Indonesia. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengimbau, masyarakat tetap waspada dan cepat melapor jika melihat obyek yang jatuh dari langit. Modul stasiun luar angkasa Tiangong-1 milik Tiongkok diprediksi akan jatuh ke Bumi pada hari Minggu 1 April 2018, pukul 15:30 UTC atau 22:30 WIB.
Sejak 2016, Tiangong-1 sudah tak dapat dikontrol
Stasiun luar angkasa pertama milik Tiongkok, Tiangong-1 yang berarti “Celestial Palace 1” atau “Istana Selestial-1” diluncurkan dengan roket tak berawak Long March 2F/G pada tanggal 29 September 2011 silam itu adalah komponen operasional pertama dari program Tiangong, yang bertujuan untuk menempatkan stasiun modular lebih besar ke orbit pada 2023, dan diganti selama dekade berikut dengan Tiangong-2 dan modul Tiangong-3.
Tiangong-1 dikunjungi oleh serangkaian pesawat ruang angkasa Shenzhou selama dua tahun sejak masa awal operasional. Pada periode 2012-2013 stasiun luar angkasa ini mulai dan pernah ditinggali oleh astronot-astronot Tiongkok untuk melakukan penelitian.
Yang pertama, Shenzhou-8 tak berawak, berhasil merapat dengan modul ini pada bulan November 2011, sementara misi Shenzhou-9 yang berawak, berlabuh pada bulan Juni 2012.
Sebuah misi ketiga dan terakhir ke Tiangong-1, yang juga berawak yaitu Shenzhou-10, berlabuh pada Juni 2013 sebagai misi berawak ke Tiangong-1 yang termasuk terkenal, karena terdapat dua astronot wanita China pertama, yaitu Liu Yang dan Wang Yaping.
Namun sejak 2016, Tiangong-1 sudah tidak dapat dikontrol lagi dan diperkirakan akan jatuh ke Bumi. Berikut penurunan ketinggian stasiun luar angkasa pertama milik Tiongkok, Tiangong-1 (Norad 37820U) sejak Maret 2017:
- Pada 21 Maret 2017 sampai 2 April 2017, ketinggian Tiangong-1 berada pada 346,2 km diatas permukaan Bumi.
- Pada 10 April 2017 sampai 4 Juni 2017, ketinggian Tiangong-1 berada pada 336,4 km diatas permukaan Bumi.
- Pada tanggal 10 sampai 17 September 2017, ketinggian Tiangong-1 berada pada 319,2 km diatas permukaan Bumi.
- Pada tanggal 10 sampai 17 Desember 2017, ketinggian Tiangong-1 berada pada 291,4 km diatas permukaan Bumi.
- Pada tanggal 17 sampai 24 Desember 2017, ketinggian Tiangong-1 berada pada 286,5 km diatas permukaan Bumi.
- Pada 27 Maret, ketinggian Tiangong-1 sudah berada pada 207,45 km diatas permukaan Bumi, dengan kecepatan 28.007 km/jam.
Dapat dilihat pada poin-poin pemantau diatas, bahwa stasiun luar angkasa Tiongkok, Tiangong-1, berangsur-angsur ketinggiannya di atmosfir turun, dan terus turun semakin dekat ke permukaan Bumi.
April 2018, Tiangong-1 mulai jatuh ke Bumi
Dari perhitungan, maka pada bulan April 2018, stasiun luar angkasa Tiangong-1 mulai re-entry dan jatuh ke Bumi. Objek berupa satelit atau stasiun luar angkasa, baru dinyatakan mulai menyentuh atmosfir setelah turun terus dan berada pada ketinggian 120 km diatas permukaan Bumi.
Pada ketinggian 120 km itu, objek luar angkasa akhirnya akan menyentuh atmosfir, dan memanas. Pada ketinggian 80 km, solar panel mulai lepas dan terbakar. Setelah terbakar, maka akan pecah berkeping menjadi serpihan-serpihan.
Namun tak menutup kemungkinan ada serpihan-serpihan kecil atau bahkan besar dan masih kuat menahan panas, akan tetap bertahan meluncur hingga sampai ke permukaan tanah atau laut, tanpa hancur.
Dari jatuhnya sebuah objek satelit atau sejenisnya, yang ditakutkan adalah efek dari tumbukannnya, yang berpeluang dapat menghancurkan rumah dan bangunan sejenisnya, karena melesat sangat cepat ketika menghujam ke Bumi.
Bahaya yang kedua adalah, jika masih ada sisa bahan bakar yaitu berupa tabung-tabung bahan bakar untuk roket kendalinya yang sangat beracun, masih tetap bertahan dan tak hancur hingga menghujam Bumi.
Kebanyakan dari tabung bahan bakar biasanya ikut hancur saat menuju Bumi, namun tak semuanya begitu, ada beberapa kasus dimana tabung-tabung bahan bakar roket kendali yang beracun itu tak hancur dan menumbuk hingga ke permukaan Bumi, dan inilah yang juga harus diwaspadai.
Setelah menyentuh keringgian 120 km, Tiangong-1 mulai panas dan bergetar, pada 80 km solar panel terlepas, dan mulai terbakar. Ada dua fase kehancuran sebuah objek satelit dan sejenisnya, yaitu major break-up atau kehancuran besar, dan subsequent break-up atau kehancuran serpihan-serpihan kecil yang menyebar.
Pada saat serpihan Tiangong-1 hancur dan tersebar, maka jarak kerapatan atau tebal jatuhnya serpihan-serpihan itu, antara yang tertinggi hingga yang paling dekat dengan Bumi, berjarak sekitar 18 km, dan terus meluncur ke bawah.
Semantara itu, sebaran sepihan atau ground footprint Tiangong-1, diperkirakan akan memiliki rentang jarak hingga sepanjang 2000 km, dan memiliki lebar sebaran serpihan sekitar 70 km.
Namun tak hanya Tiangong-1, menurut situs pelacakan satelit yang populer, satview.org, sebelumnya antara 26 Oktober dan 13 November 2017 silam, ada empat satelit atau sampah angkasa lainnya yang melayang di atmosfir juga akan masuk kembali ke atmosfir atau re-entry dan terbakar ketika jatuh.
Keempat objek buatan manusia yang juga jatuh selain Tiangong-1 (kode Norad 37820U) itu adalah: “ISS DEB” secara teknis dikenal sebagai 1998-067BA (atau kode Norad 31928), lalu “Firefly” (kode Norad: 39404), dan dua lainnya adalah “Flock 2E’-4” dan “CZ-4B DEB”.
Wilayah kejatuhan Tiangong-1 sangat luas
Stasiun luar angkasa pertama milik Tiongkok Tiangong-1 ini dapat jatuh di banyak tempat dan kawasan di Bumi, dan Indonesia adalah salah satu wilayah yang memiliki kemungkinan itu.
Adanya kemungkinan bahwa Indonesia juga menjadi wilayah kejatuhannya, hal itu disebabkan karena Tiangong-1 memiliki kemiringan orbit 43 derajat. Maksud dari “kemiringan orbit 43 derajat” adalah bahwa orbit objek tersebut bergerak diantara 43 derajat Lintang Utara sampai 43 derajat Lintang Selatan.
Maka semua daerah yang dilintasi Tiangong-1 yang berkode “Norad 37820U” dalam orbit tersebut, di dalamnya termasuk Indonesia yang berada di tengah, tepatnya di khatulistiwa atau equator.
Tak hanya Indonesia, wilayah kemungkinannya juga tersebar di banyak wilayah luas 43 derajat. Misalnya di benua Amerika, termasuk Amerika Serikat hingga Argentina di selatan.
Di wilayah Eropa, barada di daerah Spanyol selatan hingga Italia, terus sampai Turki ke arah selatan, juga termasuk. Juga di seluruh negara di benua Afrika tanpa kecuali. Di wilayah Timur Tengah, semua negara juga memiliki kemungkinan kejatuhan.
Dan di benua Asia mulai dai Kazakhstan, Cina sendiri, Korea, seluruh Jepang hingga seluruh negara Asia ke arah selatan dari negara-negara ini, termasuk Indonesia juga memiliki kemungkinan itu.
Tak lupa juga benua Australia, seluruh wilayahnya termasuk Tasmania dan Selandia Baru, juga masuk dalam zona kejatuhan Tiangong-1 ini.
Itu artinya, zona atau daerah kemungkinan Tiangong-1 akan jatuh, sangatlah luas sekali dan tak hanya di Indonesia saja.
Namun meskipun zona jatuhnya sangat luas, terjadinya tumbukan di wilayah berpenghuni sangatlah kecil.
Hal ini dikarenakan wilayah Bumi sebagian besar tidak berpenghuni, yaitu terdiri dari lautan, hutan dan gurun, sehingga pecahannya akan tersebar hanya di sepanjang jalur orbit dari objek yang bersangkutan.
Tiangong-1 diprediksi akan jatuh ke Bumi pada tanggal 1 April 2018, yang didahului oleh jatuhnya satelit “Iridium-23” dan “Atlantis” yang keduanya jatuh pada 28 Maret 2018. Kemudian TIANGONG-1 (kode: Norad 37820U) yang jatuh hari Minggu 1 April 2018 pada pukul 15:30 UTC atau 22:30 WIB. Lalu berikutnya adalah satelit “PSLV R/B” yang jatuh pada 2 April 2018.
Kepala LAPAN Thomas Djamaludin menghimbau kepada masyarakat agar tetap waspada jika melihat ada objek antariksa yang jatuh dari langit, dan segera melaporkan kejadian itu kepada aparat setampat untuk dapat diteruskan ke LAPAN guna investigasi. (©IndoCropCircles.com).
Pustaka:
VIDEO:
Stasiun Antariksa ini Berpeluang Jatuh di Indonesia? Ini Imbauan LAPAN
Artikel Lainnya:
UFO Misterius Dari Langit Berjatuhan Di Sumenep Madura
“Indonesia’s Tunguska”: Ledakan Airburst Di Hutan Bengkulu Yang Misterius
Waduh! UFO Berbahan Titanium Jatuh di Russia
Ini Dia! Satelit Dengan Misi Khusus Agar Jatuh ke Bumi 8 Juta Tahun Lagi
Sebuah Bola Misterius Jatuh dari Luar Angkasa
Meteor Jatuh Di Pantai Nunukan KalTim: Terdengar Ledakan dan Rumah Bergetar
[VIDEO] Wow! Meteor Jatuh Di Siberia, Ubah Malam Seperti Siang
Mau Berperang, Meteor Jatuh di Tengah Pertempuran Membuat Pasukan Bubar
Meteor Jatuh di Bone Sulawesi 2009 (The Bone Impactor)
Heboh! UFO Jatuhkan “Angel Hair” (Rambut Peri) Tahun 1959
“UFO Probe” Jatuh Di Kecksburg, Pennsylvania, Amerika
Memo FBI Ungkit Kembali Misteri Jatuhnya UFO Berisi Alien di Roswell
((( IndoCropCircles.com | fb.com/IndoCropCirclesOfficial )))
- Fajar Nurzaman - Blog Sang Pembelajar -
https://i2.wp.com/fajarnurzaman.net/wp-content/uploads/2018/04/1522631968_ini-zona-jatuhnya-waspada-stasiun-antariksa-berpeluang-jatuh-di-indonesia.jpg?fit=850%2C477
- http://fajarnurzaman.net/mistery-konspirasi/ini-zona-jatuhnya-waspada-stasiun-antariksa-berpeluang-jatuh-di-indonesia/
0 komentar:
Post a Comment